Saturday, December 26, 2015

Program penjaga Mutu Internal (Internal Quality Assurance)

BAB I

PENDAHULUAN


1.        Latar   Belakang

Semakin berkembangnya tekhnologi dan sarana informasi di dunia global,mempengaruhi seluruh aspek-aspek dalam kehidupan. Baik didalam ekonomi, sosial,maupun kesehatan.Dalam memberikan pelayanan kesehatan setiap tahunnya Indonesia, terutama dinas kesehatan yang terkait langsung di dalamnya selalu berupaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas pelayanannya, baik secara internal maupun eksternal.
 Pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya. Rosemary E. Cross mengatakan bahwa secara umum pemikiran tentang kualitas sering dihubungkan dengan kelayakan, kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari rasa sakitdan ketidak nyamanan, usia harapan hidup yang panjang, rasa hormat, kebaikan.
Pelayanan kesehatan adalah Setiap upaya yang di selenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

2.    Tujuan Umum
·      untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang di selenggarakan.
·      Agar para calon bidan mengetahui program penjaga mutu internal dalam pelayanan kebidanan yang berlaku.

3. Tujuan Khusus
·          Mengetahui standar-standar pelayanankebidanan yang berlaku.
·         Mengetahui program penjaga mutu internal dalam melakukan pelayanan kebidanan.
BAB II



1.    Program penjaga Mutu Internal (Internal Quality Assurance)

                     Yang dimaksud dengan Program penjaga mutu internal adalah bentuk kedudukan organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program penjaga Mutu berada di dalam institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk ini di dalam institusi pelayanan kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi secara khusus diserahkan tanggung jawab akan menyelenggarakan Program penjaga Mutu.
Jika dibandingkan antara program penjaga mutu internal dengan program penjaga mutu eksternal maka program penjaga mutu internal yang lebih baik, karena program penjaga mutu akan lebih mudah tercapai (penyelenggaranya terlibat langsung).
Juga untuk dapat menyelenggarakan program penjaga mutu eksternal dibutuhkan sumber daya yg tidak sedikit (dalam banyak hal sulit dipenuhi)
2 . Macam-macam program penjaga mutu.
Ø Program penjaga mutu internal
1.    Para pelaksana Program penjaga nhjyuMutu adalah para ahli yang tidak terlibat dalam pelayanan kesehatan (expert group) yang secara khusus diberikan wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan Program Penjaga Mutu.
2.    Para pelaksana Program penjaga Mutu adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan (team based), jadi semacam Gugus Kendali Mutu, sebagaimana yang banyak dibentuk di dunia industri.

Dari dua bentuk organisasi yang dapat dibentuk ini, yang dinilai paling baik adalah bentuk yang kedua, karena sesungguhnya yang paling bertanggung jawab menyelenggarakan Program penjaga Mutu seyogyanya bukan orang lain melainkan adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan itu sendiri.

3.        Program penjaga mutu eksternal
Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu berada di luar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Misalnya, suatu Badan Penyelenggara Program Asuransi Kesehatan, untuk kepentingan programnya, membentuk suatu Unit Program penjaga Mutu, guna memantau, menilai, serta mengajukan saran-saran perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh berbagai institusi pelayanan kesehatan yang tergabung dalam program yang dikembangkannya.   
Pada program penjaga mutu eksternal seolah-olah ada campur tangan pihak luar untuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh suatu institusi pelayanan kesehatan, yang biasanya sulit diterima.
4.        Pengelolaan Penjaminan Mutu  Internal
Pengelolaan penjaminan mutu akademik internal  dilakukan oleh tim penjaminan mutu akademik yang dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat universitas, tingkat fakultas, dan tingkat program studi, sebagai berikut:
  1. Pengelolaan penjaminan mutu akademik internal tingkat universitas melekat pada fungsi Wakil Rektor I (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi) dan Kantor Pengembangan dan Peningkatan Mutu Akademik
  2. Pengelolaan penjaminan mutu akademik internal tingkat fakultas melekat pada fungsi Wakil Dekan I (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Sistem Informasi) dan para Ketua Program Studi terkait.
  3. Pengelolaan penjaminan mutu akademik internal tingkat program studi melekat pada fungsi Pengelola Program Studi dan Kepala Laboratorium/Ketua Bagian/Koordinator Bidang Peminatan.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

v Program menjaga mutu internal adalah bentuk kedudukan organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu berada di dalam institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk ini di dalam institusi pelayanan kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi secara khusus diserahkan tanggung jawab akan menyelenggarakan Program Menjaga Mutu
v Program menjaga mutu eksternal yaitu kedudukan organisasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu berada di luar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk itu, biasanya untuk suatu wilayah kerja tertentu dan untuk kepentingan tertentu, dibentuklah suatu organisasi di luar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu


B.  Saran

       Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, banyak syarat yang harus dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal pokok yakni: tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality).






DAFTAR PUSTAKA
untuk masuk ke skripsi lain klik
http://taufikisansel.blogspot.co.id/

Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982.
Samsi Jacobalis. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT Citra Windu Satria, Jakarta, 1989.
Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,Jakarta, 1992.



Sunday, December 20, 2015

proposal skripsi PAI pada stain zawiyah cot kalla langsa tahun 2012

JUDUL SKRIPSI

PENGARUH KESIAPAN GURU AGAMA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI SISWA PADA SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA) 2 KECAMATAN SERUWAY KABUPATEN ACEH TAMIANG.


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
              Dalam upaya untuk mencerdaskan bangsa di berbagai aspek kehidupan manusia, maka salah satu alat yang ampuh untuk mencapai tujuan tersebut ialah pendidikan.
              .meningkatkan mutu pendidikan agar lebih baik lagi di masa depan karena merupakan suatu tuntutan dalam pendidikan guna menghasilkan anak-anak didik yang berprestasi dan tetap memegang teguh nilai-nilai agama islam yakni yang berakhlakul karimah karena merupakan suatu bukti adanya perubahan dari proses pendidikan yang diharapkan.
              Setiap orang tua selalu mengharapkan anak-anaknya dapat terpenuhi segala kebutuhannya, terutama dalam pendidikan yang baik demi untuk kebaikan hidupnya di dunia dam akhirat. Islam menggaris bawahi setiap anak yang baru lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan membentuk jiwa anak tersebut ke arah yang baik atau sebaliknya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, yang diriwatkan oleh Muslim, yang artinya, “Tidak ada seorang anak pun dilahirkan kedunia ini kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R Muslim).[1]
              Orang tua berkewajiban memelihara, menjaga dan merawat anak-anaknya agar tetap dalam fitrahnya sebagai hamba Allah, yakni dengan cara memberikan pendidikan dan mengupayakan agar kefitrahannya tetap terjaga. Dengan pendidikan aqidah yang benar, ibadah yang baik dan akhlak yang terpuji, insya Allah anak didik akan tumbuh menjadi generasi yang kuat dalam menghadapi tantangan kehidupan. Ia tidak akan menjadi generasi yang lemah, baik lemah dalam aqidah, ibadah dan akhlak.
              Oleh sebab itu tidak semua orang tua dapat memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anaknya, maka orang tua melimpahkan kepercayaan kepada suatu lembaga pendidikan dengan harapan dapat memenuhi pendidikan bagi anaknya supaya menjadi sosok yang berguna bagi dirinya, orang tua, agama dan bangsa. Dalam upaya meningkatkan serta mewujudkan keberhasilan bagi anak didik dengan tidak mengurangi tanggung jawab orang tua sebagai pemegang peranan penting dan utama bagi keberhasilan pendidikan anaknya, agar nantinya anak-anak yang telah dibekali berbagai ilmu pengetahuan tetap menjunjung tinggi keyakinan terhadap Allah SWT.
Orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak didik. Sikap dan kebiasaan orang tua dalam mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap minat belajar dan perkembangan kepribadian siswa, karena dalam keluarga siswa pertama kali mengenal nilai dan norma.
Guna memenuhi dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan orang tua kepada anak-anaknya, maka merupakan suatu kewajiban dan tugas penting suatu lembaga pendidikan dalam mewujudkannya. Lembaga pendidikan yang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah serta dibantu guru-guru lain, sekaligus wali kelas yang berperan sebagai orang tua kedua setelah orang tua di rumah.
Menjadi seorang guru dan sekaligus wali kelas bukanlah suatu hal yang mudah dan siapa saja bisa dan sanggup untuk melaksanakan tugas mulia dan kepercayaan tersebut. Tugas tersebut merupakan suatu amanah yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sebab ia harus memberikan perhatian lebih ekstra kepada anak didiknya. Wali kelas harus dapat membimbing, melatih serta mengarahkan kemampuan anak didik yang telah mereka miliki sejak mereka dilahirkan, agar diarahkan dan dibimbing ke arah yang bermanfaat guna meraih prestasi belajar yang lebih baik lagi di masa depan.
Wali kelas diharapkan mampu memupuk serta menggali potensi anak didik untuk dikembangkan, diarahkan serta terus memberikan perhatian dan semangat agar anak didik percaya terhadap kemampuan mereka sendiri. Wali kelas harus dapat memahami tentang sikap dan perilaku anak didiknya dan bagaimana memberikan solusi yang terbaik agar anak didik tidak terhanyut dalam masalahnya yang berakibat terganggunya proses belajar mengajar.
Di samping itu wali kelas juga harus bisa memacu semangat belajar anak didiknya agar selalu termotivasi dalam bidang studi apa saja dan aktif terhadap kegiatan-kegiatan lain di luar jam belajar. Anak didik diharapkan bisa menanamkan sikap hormat dan menghargai tentang pentingnya guru sekaligus wali kelas terhadap motivasi belajarnya. Wali kelas merupakan penggerak dan memberi semangat terhadap proses belajar anak didik dalam berbagai bidang studi.[2]
Jadi prediket guru dan wali kelas sebagai seorang yang memegang amanah serta kepercayaan bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan kerja sama yang baik antara orang tua dengan pihak sekolah, agar lebih mendukung motivasi belajar siswa nantinya. Predikat guru yang diamanahkan serta melekat pada seorang guru sekaligus wali kelas didasarkan kepada suatu kepercayaan yang diserahkan kepadanya. Tanpa adanya amanah tersebut seorang guru sekaligus wali kelas tidak disebut sebagai guru, dengan perkataan lain keberadaannya sebagai guru tergantung pada amanah orang lain.
Sebagai guru sekaligus wali kelas yang harus bertindak multi peran, harus bersungguh-sungguh dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab karena merupakan pemegang amanah dan berhasil tidaknya anak didik dalam meningkatkan motivasi belajarnya ada pada diri seorang guru sekaligus wali kelas. Sebab sudah menjadi tugas seorang wali kelas memberi perhatian yang lebih ekstra, membimbing, mendidik, dan mengarahkan anak didiknya ke arah yang lebih baik dan bermanfaat bagi anak didiknya.
Di dalam melaksanakan tugas diamanahkan sebagai wali kelas merupakan suatu tantangan karena harus bisa menyatukan berbagai persepsi dan masalah agar dapat diarahkan secara bersama menjadi satu kebersamaan dalam meraih motivasi belajar yang lebih baik dan bermanfaat. Seorang wali kelas harus bisa memahami tentang perkembangan fisik, watak dan perilaku anak didik karena tanpa adanya perhatian yang khusus dapat mempengaruhi motivasi belajar anak didik itu sendiri.
Wali Kelas adalah Guru yang membantu Kepala Sekolah untuk membimbing siswa dalam mewujudkan disiplin kelas, sebagai manajer, motivator untuk membangkitkan gairah atau minat siswa  untuk beprestasi di kelas, serta sebagai pengelola kelas, mengenal dan memahami situasi kelasnya dan menyelenggarakan administrasi kelas dan lain sebagainya.
Namun pada kenyataannya di Sekolah Dasar (SD) atau Sederajatnya peran wali kelas  jelas sangat dapat dirasakan oleh peserta didik, karena intensitas tatap muka dengan siswa lebih banyak, karena sebagian besar  pelajaran di ajarkan langsung oleh wali kelas tersebut, hanya beberapa mata pelajaran saja yang di ajarkan oleh guru yang lain, seperti Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Penjaskes, Muatan Lokal dan lain sebagainya. Dengan demikian peran wali kelas dalam kegiatan siswa sehari-hari terutama dalam memotivasi belajar siswa dapat dengan baik dilakukan oleh wali kelas, mengingat jumlah tatap muka yang signifikan.
Lain halnya pada Sekolah Lanjutan (SLTP)/Sederajat MTs, dan Sekolah Menengah (SMA) atau sederajat seperti Madrasah Aliyah (MA), pada Sekolah Lanjutan dan Menengah mata pelajaran di ajarkan masing-masing oleh guru perbidang studinya. Sehingga jumlah tatap muka antara wali kelas dan siswa hanya sebatas jam pelajaran berlangsung. Karena selain bertugas menjadi Wali kelas, guru juga mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan pelajaran lain.
Hal ini yang menarik minat penulis untuk melakukan suatu kajian ilmiah, Sehubungan dengan banyaknya peran wali kelas yang tertera di atas juga tugasnya sebagai guru mata pelajaran. Penulis ingin mengetahui bagaimana peran wali kelas pada MAN Kualasimpang, yang fokus penulis pada kelas XI, yang terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas XI Keagamaan, kelas XI IPA, dan kelas XI IPS. Karena demikian pentingnya untuk dikaji dan ditelusuri, maka penulis tertarik untuk membahas dalam penulisan karya ilmiah dalam sebuah skripsi dengan judul : “Peran Wali Kelas Dalam Memotivasi Siswa Kelas XI Pada MAN Kuala Simpang Kab. Aceh Tamiang”.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana peran wali kelas dalam memotivasi belajar siswa kelas XI MAN Kualasimpang?
2. Bagaimana hambatan bagi wali kelas dalam memotivasi belajar siswa kelas XI MAN Kualasimpang?

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa-apa saja peran wali kelas dalam memotivasi belajar siswa kelas XI MAN Kualasimpang
2. Untuk mengetahui apa-apa saja hambatan bagi wali kelas dalam memotivasi belajar siswa kelas XI MAN Kualasimpang.

D. Manfaat Penelitian
              Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :
1.      Secara teoritis, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya teori-teori yang berkaitan dengan wali kelas dalam mendidik, mengarahkan anak-anak didiknya, serta sebagai kerangka acuan strategi penelitian tentang hal yang sejenis.
2.      Hasil penelitian yang diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi semua wali kelas dalam membimbing, mengarahkan anak didiknya.
3.      Bagi dunia ilmu pengetahuan semoga penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan bagi peneliti berikutnya.

E. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Wali Kelas dan Perannya
a. Pengertian Wali kelas
Wali kelas adalah seorang guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk membantu kepala sekolah dalam mengawasi kelas dan murid secara khusus. Berbeda dengan guru bidang studi yang hanya mengajar dan memberikan mata pelajaran tertentu kepada siswa, tanpa harus memperhatikan bagaimana siswa secara keseluruhan.
Kegiatan yang dapat dilakukan wali kelas tidak hanya terbatas pada mengajar di dalam kelas sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya, tetapi juga memberikan informasi (keterangan) yang tidak diketahui oleh siswa tentang sekolah. Di samping itu juga wali kelas harus mempunyai keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kondisi ruangan belajar yang optimal.
Seorang guru yang ditunjuk sebagai wali kelas harus mampu mengelola kelas dengan baik agar interaksi belajar mengajar dapat dilakukan dengan baik pula. Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka menyediakan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa upaya keteladanan dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio- emosional sehingga terasa oleh peserta didik kenyamanan, ketertiban dan keamanan kelas untuk belajar. Di lain sisi ada pula tindakan korektif terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang berlangsung.[3]
Kondisi belajar yang efektif dapat dimunculkan oleh wali kelas, karena guru tersebut mempunyai wewenang yang kuat dalam menentukan kelas dan siswa. Kondisi yang baik akan membuat guru dan siswa merasa aman dan nyaman dan kondisi semacam ini harus bisa diciptakan oleh seorang wali kelas. Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh pendidikan terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Lingkungan fisik ini meliputi ruangan tempat belajar, dimana dijadikan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut. Ruangan belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang lain pada saat melakukan aktifitas belajar.
Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, jenis kegiatan apa yang akan dilakukan juga dapat ditentukan. Jumlah siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan dalam kelompok kecil. Kemudian dalam pengaturan tempat duduk, yang penting dapat memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat sekaligus mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk juga akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
Ventilasi dan pengaturan cahaya sedapat mungkin cukup menjamin kesehatan siswa, jendela harus ada sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk, udara sehat dan siswa pun dapat melihat dengan jelas.
Disamping itu ada pengaturan tempat penyimpanan barang-barang yang bernilai tinggi dan dapat disimpan di dalam kelas, seperti Buku Pelajaran, Pedoman kurikulum, dan keperluan-keperluan lainnya. “Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengaturan fasilitas”.[4]
Pengaturan-pengaturan itu telah harus ada yang mengelola dan menjalankannya, maka dari itulah ada guru yang ditugaskan untuk melaksanakannya, yaitu wali kelas. Mengenai kedudukan wali kelas, seorang wali kelas kedudukannya sebagai staf pengajar, juga sebagai pengganti orang tua dirumah. Sebagai staf pengajar artinya wali kelas juga memegang mata pelajaran bidang studi tertentu, wali kelas memiliki peran  ganda di dalam kelas. Wali kelas bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keadaan kelas yang diembannya. Wali kelas juga disebut sebagai pendidik, disebut pendidik karena jabatannta atau karena keahliannya maka dinamakan pendidik professional. Pengajar atau guru adalah pendidik di lembaga pendidikan formal atau sekolah. Guru sering pula disebut dengan pendidik atau pembantu orang tua karena guru menerima limpahan sebagian tanggung jawab orang tua untuk menolong dan membimbing anaknya.
Itulah sebabnya tugas wali kelas itu sangat berat karena harus berperan ganda, selain mendidik sebagai guru bidang studi juga sebagai pengganti orang tua siswa atau sebagai perantara, “Anak pendidik dapat berfungsi sebagai perantara yang baik maka pendidik harus dapat melakukan tugas dengan baik pula”.[5]
Akan tetapi Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan, sehingga orang-orang yang berilmu sajalah yang dapat mencapai taraf kesempurnaan hidup beragama setinggi-tingginya, sedang orang yang bodoh di pandang sebagai manusia yang tiada punya derajat tinggi dan mulia. Firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11, yang berbunyi:
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan[6].
                       
b. Peranan Wali Kelas
Di dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, banyak peranan yang diperlukan dari wali kelas sebagai pendidik, semua peranan yang diharapkan dari wali kelas seperti diuraikan di bawah ini.

1.        Pengelola Kelas
Sebagai pengelola kelas, wali kelas hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru-guru.
Pengelolaan kelas juga dapat diartikan sebagai proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas, atau juga dapat diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.[7]
Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas.
Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.

2.      Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari wali kelas. Dalam bidang ini wali kelas memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya, yang kesemuanya termasuk administrasi kelas. Dalam menyelenggarakan  Administrasikan kelas meliputi:[8]
a)      Denah  tempat duduk siswa
b)      Papan Absen siswa
c)      Daftar Pelajaran di kelas
d)     Daftar Piket Kelas
e)      Struktur Organisasi Pengurus Kelas
f)       Tata Tertib siswa di kelas
g)      Buku Kemajuan Belajar
h)      Buku Mutasi Kelas
i)        Buku Peta Kelas
j)        Buku Inventaris barang-barang di kelas
k)      Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa
l)        Buku Rapor
m)    Buku Daftar Siswa Berprestasi  di kelas
Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi dalam belajar pada diri anak didik.

3.        Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar tidak hanya menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas wali kelas bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan akan didik.[9]

4.    Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhi sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus wali kelas pertahankan dan semua nilai buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila wali kelas membiarkannya, berarti wali kelas telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang wali kelas lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial, agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan wali kelas dan kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.

5.    Inspirator
Sebagai inspirator, wali kelas harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Wali kelas harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik.[10]

6.    Informator
Sebagai informator, wali kelas harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari wali kelas. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik.[11] Informator yang baik adalah wali kelas yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

7.    Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, wali kelas dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya.[12]
Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik, Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan wali kelas sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.[13]
Tentang motivasi inilah yang menyangkut dengan penelitian penulis, yang nantinya akan dijabarkan tentang pengertian, macam-macamnya, dan lain sebagainya yang menyangkut tentang motivasi yang dilakukan wali kelas dalam perannya sebagai wali kelas.

2. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu[14]. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan anergi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.
a.           Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b.          Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c.           Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnta perlu diberikan motivasi.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.[15]
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor spikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ibaratnya seseorang itu menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang di ceramahkan,maka tidak akan mencamkan, apalagi mencatat isi ceramah tersebut.seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seorang siswa yang memiliki inteligensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi.
Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.[16]
Seseorang melakukan aktivitas karena didorong oleh adanya faktor-faktor, kebutuhan biologis, insting, dan mungkin unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia.
Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah barang tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula.
Itulah maka para ahli psikologi pendidikan mulai memerhatikan soal motivasi yang baik. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa motivasi tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Sebagai contoh kalau motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar itu, karena rasa takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak itu dilibatkan ke dalam situasi belajar akan menyebabkan kegiatan belajar tersebut menjadi kurang efektif dan hasilnya kurang permanen atau tahan lama, kalau dibandingkan perbuatan belajar yang didukung  oleh suatu motif yang menyenangkan. Sehingga dalam kegiatan belajar itu kalau tidak melalui proses dengan didasari motif yang baik, atau mungkin karena rasa takut, terpaksa atau sekedar seremonial jelas akan menghasilkan hasil belajar yang semu, tidak otentik dan tidak tahan lama.
Memberikan motivasi kepada seseorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.
Seperti telah diterangkan di muka bahwa seseorang melakukan aktivitas itu didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, insting, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Sebenarnya semua faktor-faktor itu tidak dapat dipisahkan dari soal kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas, baik kebutuhan yang bersifat biologis maupun psikologis. Dengan demikian, dapatlah ditegaskan bahwa motivasi, akan selalu berkait dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Kalau sudah seimbang dan terpenuhi pemuasannya berarti tercapailah suatu kabutuhan yang diinginkan. Keadaan tidak seimbang atau adanya rasa tidak puas itu, diperlukan motivasi yang tepat. Dissatisfaction is essential element in motivation”. Kalau kebutuhan itu telah terpenuhi, telah terpuaskan, maka aktivitas itu akan berkurang dan sesuai dengan dinamika kehidupan manusia, sehingga akan timbul tuntutan kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah-ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu sendiri. Sesuatu yang menarik, diinginkan dan dibutuhkannya pada suatu saat tertentu, mungkin di saat lain tidak lagi menarik dan tidak dihiraukan lagi.
Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memiliki  berbagai kebutuhan.[17]
a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas.
Hal ini penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orang tua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Bahwa aktivitas dalam dirinya adalah kegembiraan. Hal ini dapat dihubungkan dengan sesuatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.

b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain.
Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak itu rela bekerja atau para siswa itu rajin/rela belajar apabila diberikan motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang disukainya. Misal seorang anak belajar demi orang tuanya.
c. Kebutuhan untuk mencapai hasil
Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai dengan pujian”. Aspek pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan orang lain/guru atau orang tua misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Dalam kegiatan belajar mengajar istilahnya perlu dikembangkan unsur reinforcement. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil potimal, sehingga ada ”sense of succes”. Dalam kegiatan belajar-mengajar, pekerjaan atau kegaiatan itu harus dimulai dari yang mudah atau sederhana dan bertahap menuju sesuatu yang semakin sulit atau kompleks.

d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan.
Kebutuhan manusia seperti telah dijelaskan di atas senantiasa akan selalu berubah. Begitu juga motif, motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tentu akan berubah-ubah atau bersifat dinamis, sesuai dengan keinginan dan perhatian manusia. Relevan dengan soal kebutuhan itu maka timbullah teori tentang motivasi.
Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada di kalangan pada psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu:[18]
a). Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya;
b). Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan;
c).  Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok);
d).  Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Ada pula teori-teori lain yang membedakan antara lain:
1). Teori Insting
              Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh ini adalah Mc. Dougall.
2). Teori fisiologis
              Teori ini juga disebut juga teori ”Behaviour theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh manusia. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup.

3). Teori Psikoanalitik
              Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni merasa lebih dari yang lain dan perasaan ingin menang sendiri. Tokoh dari teori ini adalah Freud.

3. Macam-Macam Motivasi
              Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya[19].
1. Motif-motif bawaan
          Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.

2. Motif-motif yang dipelajari
          Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh, dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengatahuan. Motif ini disebut juga motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Dimana sebagai makhluk sosial manusia saling berhubungan, kerja sama di dalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.
              Di samping itu, masih ada jenis-jenis motif berikut ini:
a). Cognitive motives.
              Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengemmbangan intelektual.


b). Self-expression
              Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekadar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terhadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk itu memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

c). Self-enhancement
              Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.
2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a.   Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan di atas.
b.   Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
c.   Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
              Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi ini menjadi dua jenis yakni motivasi jasmani seperti: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
              Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat alasan.
      a. Momen timbulnya alasan
              Sebagai contoh seorang pemuda yang sedang giat berlatih olah raga untuk menghadapi suatu porseni di sekolahnya, tetapi tiba-tiba disuruh ibunya untuk mengantarkan seseorang tamu membeli tiket karena tamu itu mau kembali ke Jakarta. Si pemuda iu kemudian mengantarkan tamu tersebut. Dalam hal ini si pemuda tadi timbul alasan baru untuk melakukan sesuatu kegiatan (kegiatan mengantar). Alasan baru itu bisa karena untuk menghormmat tamu atau mungkin keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya.

      b. Momen pilih
              Momen pilih, maksudnya dalam keadaan pada waktu ada alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang menimbang-nimbang dari berbagai alternatif untuk kemudian menentukan pilihan altenatif yang akan dikerjakan.

      c. Momen putusan
              Dalam persaingan antar berbagai alasan, sudah barang tentu akan berakhir dengan dipilihnya satu alternatif. Satu alternatif yang dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.
      d. Momen terbentuknya kemauan.
              Kalau seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan , timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak, melaksanakan putusan itu.
4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
      a. Motivasi intrinsik
              Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongam untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
              Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.[20]
              Dalam hal ini siswa yang memilki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin di capai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

      b. Motivasi ekstrinsik
              Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetaoi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu, oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Akan tetapi bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
              Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
              Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.
              Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.[21]
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
              Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dilakukan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang di ajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2. Hadiah
              Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, memungkinkan tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contok hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3. Saingan atau kompetensi
              Saingan atau kompetensi dapat dilakukan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi justru sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4. Ego-involvement
              Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

5. Memberi ulangan
              Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi jangan juga terlalu sering, misalnya sampai setiap hari, karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

6. Mengetahui hasil.
              Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian
              Apabila siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk penguatan yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8. Hukuman
              Hukuman sebagai penguatan yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar
              Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10. Minat
              Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan  alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
  1. membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
  2. menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
  3. memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
  4. menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui
              Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
              Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi  itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu bentuk motivasi siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.




[1] Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim. Juz II, (Bandung; Dahlan tt) hal 458
[2] Syaiful Bahri Djamarah,  Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta, Rineka Cipta, Cet.2 2005), hal 30
[3] Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta, 2005) Cet.2. Hal 258
[4] Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta; Rineka Cipta, 1991), hal  117.
[5] Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan (Jakarta; Rineka Cipta, 1991) hal.242,

[6] Q.S Al-Mujadalah/58 : 11

[7] Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2008), Hal 83

[8]Syaiful Bahri Djamarah,  Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta, Rineka Cipta, Cet.2 2005), hal 45           
[9] Ibid, hal 47        
[10] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung; Rosdakarya, 2009), cet 23, hal 11
[11] Syaiful Bahri Djamarah,  Guru dan Anak Didik….47
[12] Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta; Rineka Cipta, 2006) cet.3, hal 90
[13] Sardiman A.M Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta; Rajawali Pers,2009), hal
[14]Ibid 73
[15] H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta; Persada Pers, 2009), Hal 174
[16] Ibid 175
[17] Sardiman A.M Interaksi dan Motivasi....79
[18] H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi..191
[19] Sardiman...103
[20] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung; Rosdakarya, 2009), cet 23, hal 18
[21] Sardiman…92